Is Your Life That Bad? (Bahasa Indonesia)
Wajar bagi kita untuk merasakan kecemasan, kekecewaan, duka cita, dan perasaan negatif lainnya, terutama pada saat-saat rendah dalam hidup kita. Terkadang, kita merasa kesal, mengeluh hidup kita, mengapa kita mengalami periode terkutuk ini. Setiap orang mungkin mengalami situasi ini, bagaimanapun dia berusaha menghindarinya, tak terkecuali diriku sendiri.
Nah, seperti banyak orang lainnya, hidupku tidak selalu baik. Saya pikir, saya mengalami begitu banyak periode buruk selama hidup saya. Selama salah satu periode buruk dalam hidup saya, saya sangat stres. Dan pada titik tertentu saya mulai mengeluh kepada Tuhan. Namun, kemudian, sebuah pertanyaan menggelitik muncul di kepalaku. Apakah hidupmu seburuk itu?
Nah, pada awalnya sepertinya, hidup saya sangat buruk, saya telah melihat orang lain yang menikmati persahabatan, dan dihormati oleh orang lain. Saya di sisi lain, diganggu oleh anak-anak lain, saya hampir tidak punya teman saat itu.
Saya memeriksa diri saya. Saya memeriksa seluruh tubuh saya. Saya merasakan dahi saya. Saya menyikatnya dengan telapak tanganku. Rasanya hangat. Ya, terasa hangat. Saya hidup. Saya tidak menyadari sampai saat itu bahwa kehidupan adalah hadiah yang luar biasa dari tuhan. satu demi satu anugerah lain, ditemukan oleh saya. dan, Oh Tuhan!, saya tidak menyadari ada begitu banyak anugerah lain yang saya nikmati, selain rasa sakit lainnya. kita sering mengabaikan anugerah ini. apakah hidupmu seburuk itu?
Anugerah Yang Batin
Pertama, jika Anda membaca artikel ini, saya berasumsi bahwa Anda adalah manusia yang hidup. Beberapa hantu yang mungkin membaca artikel saya, jangan kecewa, tetapi Anda tidak termasuk dalam artikel ini, maaf. ya, kamu hidup. Menurut UNICEF, 25 dari 1000 balita meninggal di Indonesia. itu sekitar 2,5%. Ya 2,5% mungkin angka yang kecil, tapi berasumsi bahwa mereka yang membaca artikel ini berumur di atas 5 semua, Anda masih cukup beruntung menjadi anggota kelompok mayoritas 97,5%. Namun jumlah ini sebenarnya telah menurun secara signifikan. pada tahun 1955 angka kematian bayi balita adalah 300 dari 1000, sekitar 30%. Sialan, itu adalah persentase yang sangat tinggi!. apakah hidupmu seburuk itu?
Yuk lanjut ke anugerah berikutnya. Kita hidup di era modern.
Kedua, ya, kita hidup di era modern. Banyak bencana telah menurun drastis dalam beberapa dekade terakhir. Angka kematian bayi dan jumlah kemiskinan absolut, adalah dua dari banyak contoh penting. Selain itu memang ada beberapa masalah baru yang muncul di era modern, seperti tingkat kebahagiaan pribadi, dan masalah psikologis, kesepian, dll. Namun khususnya di bidang bencana biologis, bidang-bidang tersebut telah menunjukkan penurunan yang cukup signifikan.
Seandainya saja Anda hidup di abad pertengahan, jika Anda mengalami trauma jaringan kecil di tubuh Anda, Anda akan segera diamputasi. bahkan trauma kecil di era itu dekat dengan kematian. Banyak ancaman kematian di abad pertengahan kini menjadi musibah kecil. Sebelum penemuan antibiotik, dan sebelum orang tahu bahwa bakteri itu ada, mereka tidak mengetahui penyebab dari banyak penyakit.
huf… syukurlah, sekarang kita tahu bahwa banyak penyakit, seperti nanahan, dan diare disebabkan oleh organisme mikroskopis yang disebut bakteri. Dan kita dapat dengan mudah memulihkan diri dengan menggunakan beberapa pil, sementara orang pramodern dengan suara bulat akan menerimanya sebagai bagian dari kehidupan, dan kemungkinan besar akan kematian. apakah hidupmu seburuk itu?
Ketiga, jika Anda membaca ini berarti Anda memiliki akses ke internet. tidak semua orang memiliki karunia ini. ini berarti Anda memiliki akses ke dunia, jangan salah itu sungguh adalah sebuah karunia yang sangat besar. Menurut statista.com hanya 59% populasi yang memiliki akses internet. atau sekitar 4,57 miliar orang. Artinya, hanya sekitar 6 dari 10 orang yang memiliki akses ke internet. apakah hidupmu seburuk itu?
Keempat, jika Anda sudah tamat ataupun masih bersekolah, Anda beruntung. lihat, menurut unicef, 1 dari 5 anak dan remaja saat ini, tidak bersekolah. Sekolah mungkin merupakan pengalaman yang menantang, membosankan, sulit, atau apa pun, tetapi periode ini adalah saat Anda mengembangkan kemampuan emosional dan kognitif Anda. Selain itu, sekolah membuka jembatan lebar menuju kesempatan yang berlimpah. Ada ketimpangan besar dalam kesempatan kerja di antara mereka yang pernah bersekolah dan yang tidak. apakah hidupmu seburuk itu?
Sejauh Anda membaca artikel saya, apakah Anda mengalami semacam disabilitas? jika Anda tidak mengalami kecacatan apa pun, puji Tuhan. Menurut unicef, 15% populasi mengalami semacam disabilitas. itu kira-kira 1 miliar orang. sekitar 110 hingga 190 juta atau 1 dari 70 orang mengalami disabilitas yang signifikan. Dunia saat ini masih memiliki banyak hal untuk diperbaiki, ketimpangan di antara populasi manusia adalah salah satu yang paling penting.
Dewasa ini, di banyak tempat, dengan memiliki disabilitas berarti hampir tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, atau bahkan pekerjaan apa pun. Fakta bahwa penyandang disabilitas cenderung memiliki biaya hidup yang lebih tinggi, memperburuk kondisi. apakah hidupmu seburuk itu?
Dan ada ribuan berkah lainnya yang kita miliki, dan kita seringkali gagal menyadari sebagian besar darinya, bukan lain disebabkan oleh karena kita telah begitu terbiasa untuk hidup dengan anugerah-anugerah tersebut, sehingga mudah bagi kita melupakan dan mengabaikannya. terlalu banyak anugerah tersebut sehingga kita tidak mungkin bisa membahas semuanya di sini.
Kesimpulannya
Jika Anda merasa hidup Anda seburuk itu, pikirkan lagi. Anda harus bersyukur dengan siapa Anda, itulah satu-satunya kunci untuk memiliki hidup yang bahagia. Seringkali, kita lupa betapa banyak anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Layaknya yang diungkapkan Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu,
Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu” [Bukharee 6490, diringkas & di Muslim (2963) dalam penyelesaiannya.]
Pepatah ini, memberi kita gambaran sempurna tentang apa yang harus kita lakukan. dan ya, terkadang kita harus mengurangi harapan kita. Fakta mengapa sulit bagi kita untuk bersyukur dan bahagia adalah, ketika kesejahteraan kita meningkat, paradoksnya adalah ekspektasi kita juga meningkat. bagaimana mungkin kita bahagia, jika setiap keinginan kita yang terpenuhi, digantikan oleh keinginan baru? sepertinya, memang sifat dasar kita sebagai manusia untuk tidak pernah puas.
Ini adalah paradoks yang menyebabkan kita tidak pernah bahagia. harapan kita tidak pernah terpenuhi. Meskipun demikian, hal ini tidaklah harus melulu begini. Tentu saja, hal ini tergantung pada kita sebagai makhluk yang memiliki kesadaran. Kita dapat memilih sebagai budak hawa nafsu kita, dan selalu dikejar keinginan demi keinginan tanpa ada akhirnya, terjebak dalam lingkaran setan ambisi, atau, kita dapat memilih untuk bersyukur, dan menjadi puas dengan apa yang kita miliki saat ini, paling tidak untuk sementara saat.
Tentu, ambisi tidaklah sepenuhnya buruk, justru malah membantu kita untuk bergerak dan berusaha mencapai prestasi, tetapi, ada baiknya untuk berhenti sejenak, dan untuk merenungi perjalanan kita. Perlu kita pahami, bahwa proses pengejaran ambisi itu akan selalu berjalan. Penyair, filsuf dan penulis kuno yang tak terhitung jumlahnya, selama ribuan tahun mengatakan bahwa menahan harapan kita dan menerima kondisi kita apa adanya, adalah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan sejati.
Dan yang mengejutkan, banyak penelitian dan makalah psikologi kontemporer tentang kebahagiaan setuju dengan, dan mendukung jawaban kuno tadi. Kita akan membahas lebih lanjut tentang kebahagiaan di artikel selanjutnya. last but not least, jika Anda tidak puas dengan hidup Anda, cobalah untuk mengurangi harapan Anda, dan menerima diri Anda apa adanya, ini adalah satu-satunya kunci menuju kebahagiaan. apakah hidupmu seburuk itu?
Comments
Post a Comment